Kategori: Cerita Non Fiksi
Masih ingatkah kalian kapan pertama kali kalian mengenal tabungan? Jika kalian bertanya padaku aku menjawab bahwa aku juga lupa kapan usia tepatnya aku menabung . Menabung di sini bukan diartikan menabung di bank. Namun lebih diartikan menabung di celengan atau bisa juga dititipkan orang tua.
Dahulu
semasa aku kecil, aku sudah diperkenalkan celengan oleh ibuku. Aku
masih ingat bentuk celenganku saat itu, ya ayam jago. Terbuat dari
plastik dengan lubang masuk uang di atas kepalanya. Pertama kali aku
menabung, aku bahkan tidak tahu fungsi menabung. Hanya tahu ini keren
dan dilakukan oleh banyak temanku. Ukuran banyak uang yang ditabung pun
bukan berdasarkan jumlah uang yang ada di dalam celengan. Namun berdasarkan
berat dari celengan. Jadi misal temanku mengisi celengannya dengan uang
logam semua, dia dipastikan mempunyai tabungan paling banyak. Apalagi
pada masa periode 90-an uang logam yang beredar lebih berat dibandingkan
sekarang, hahaha.
Oleh karena celenganku
terbuat dari plastik dan bukan dari tanah liat maka jika aku membutuhkan
uang, aku tidak bisa memecahkannya. Jika kita melihat sinetron-sinetron
saat ini, anak-anak kecil dengan bangganya memecahkan celengan tanah liat mereka untuk mengambil tabungannya. Sedangkan aku sendiri saat itu jelas tidak bisa melakukan itu. Lah wong, celenganku terbuat dari plastik, hahaha.
Jadi
yang bisa kulakukan adalah dengan menyobek bagian bawah dari celengan
dan kemudian mengambil uangnya. Lalu timbul pertanyaan apakah celengan
tersebut aku buang? Hmmmm jelas tidak, aku biasanya melakban
bekas robekan dibawah itu. Kemudian tentunya kupakai lagi, hahaha. Tapi
yang ini jangan ditiru, karena pada dasarnya jadi tidak seperti menabung
lagi. Aku jadi bisa mengambil uang sesukanya karena bisa setiap saat
mengambil uang dari bawah celengan.
Nah
kelas 4 sekolah dasar ada program menabung di sekolahku. Aku tentunya dengan serta merta tertarik. Apalagi aku melihat animo dari
teman-temanku yang juga berminat untuk menabung di sini. Selanjutnya
kuberitahu orangtuaku tentang program menabung di sini. Mereka setuju
saja asal aku juga bisa menyisihkan sebagian uang sakuku untuk menabung.
Jadilah aku menabung di sekolah.
Menabung
di sekolah tidak serumit jika menabung di bank. Setiap siswa akan
diberikan buku tabungan yang sangat tipis, karena hanya satu lembar.
Disitu tertulis nama penabung, tanggal menabung, nominal, dan tanda
tangan. Tanda tangan siapa yang ada di situ, yap tanda tangan
guru. Hal ini karena aku menabung di guru sekolahku. Jadi setelah
menerima uang setoran dariku, ibu guru akan menuliskan saldonya di
tabunganku dan catatan beliau. Kemudian memberikan padaku buku
tabunganku kembali. Sangat mudah tentunya menabung di sini.
Sebetulnya agak berat juga menyebut buku tabungan di sini. Hal
ini karena "buku tabungan" yang kumaksud hanyalah kertas karton biasa
yang sudah dicetak kecil dan hanya satu lembar. Tapi ya apa mungkin aku
menyebutnya kertas tabungan, hahaha. Biasanya buku tabungan kecil seperti ini juga dijual di toko-toko alat tulis di desaku saat itu.
Well,
akhirnya diakhir tahun aku bisa mengumpulkan uang sebesar 400 ribuan.
Jumlah yang cukup banyak bagiku saat itu. Perasaanku senang sekali
tentunya. Terlepas dari mau kugunakan apa uang itu, aku senang karena
uang tabunganku lebih besar dari kakakku yang kelas 5, hahaha. Lucu
sekali ya memang pemikiran anak SD. Kadang kebahagiaan lahir dari hal-hal yang sangat sepele.
Selajutnya
pengalaman menabung di bank sendiri dalam arti membuka rekening di bank
baru kulakukan saat menjelang masuk kuliah. Selain karena usiaku sudah
cukup untuk membuka tabungan di sana, hal ini karena aku hendak menempuh
pendidikan di luar kota. Ya aku akan segera menempuh pendidikan di Ilmu
Komunikasi UGM Yogyakarta. Kota yang berjarak sekitar 2 jam perjalanan
darat dari rumahku. Tujuan ibuku sendiri membuatkan tabungan untukku
saat itu bukan untuk memaksa aku menabung. Tapi lebih condong untuk
mengirim uang saku atau hal-hal lain yang dibutuhkan olehku saat kuliah,
hahaha. Menabung oh menabung......
Jakarta, 13 Maret 2013
D Fajar N
Tidak ada komentar:
Posting Komentar